KOMPAS.com – Ulfah Nurfebrianti tak menyangka usaha camilan tradisional Dorokdok miliknya bisa sukses di pasaran. Bahkan, bisnis yang ia beri nama Dorokdokcu ini ternyata mampu membuka pintu rezeki bagi banyak orang.
Sebenarnya, usaha gadis asli Bandung tersebut bermula dari ketidaksengajaan. Waktu itu, tepatnya Mei 2019, saat Ucu sedang jalan-jalan, ia mengunggah Instagram Story soal Dorokdok.
Adapun Dorokdok adalah kerupuk kulit khas Jawa Barat. Dinamakan demikian karena camilan ini memiliki tekstur yang renyah saat digigit. Sementara itu, Dorokdokcu merupakan gabungan dari Dorokdok dan nama panggilan sang pemilik, Ucu.
Unggahan Ucu soal Dorokdok yang dibungkus plastik sebesar guling tadi ternyata mendapat respons positif dari teman-temannya. Mereka meminta Ucu mengirimkan kudapan itu ke rumah mereka dan ini berlanjut hingga beberapa waktu kemudian.
Melihat hal tersebut, Ucu lantas menjadikan Dorokdok sebagai peluang usaha. Bermodalkan uang pinjaman dari orang tua, gadis asli Bandung itu memulai bisnisnya.
“Modal awal jualan itu Rp 1,5 juta. Dulu aku pinjam ke orangtua. Dulu, siang-siang aku bilang, ‘Mah, pinjem uang ya, sore ini aku balikin,” kata Ucu dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (14/5/2020).
Uang pinjaman tersebut lantas Ucu belikan 15 bungkus Dorokdok. Kemudian, untuk menarik pembeli, ia mengunggah dua foto ke Instagram dan membuka sistem open order.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Ternyata, peminat Dorokdok melebihi dari yang Ucu perkirakan. “Akhirnya, dari 15 bungkus yang dijual, yang minat ada 32,” katanya.
Lantaran laris manis, uang yang Ucu pinjam dari sang ibu bisa ia kembalikan hari itu juga. Laba yang didapat dari penjualan pertama ia putar kembali untuk modal selanjutnya.
Singkat cerita, bisnis Dorokdokcu melesat hingga mampu menjual hingga 4.500 bungkus kerupuk kulit per harinya.
Ucu tak pernah mengira, di usianya yang ke-25 tahun ia bisa sukses menjalankan usaha Dorokdokcu sedemikian rupa. Padahal, ia tidak pernah bercita-cita menjadi pebisnis. Terlebih, keluarganya pun tak memiliki latar belakang bisnis.
Malahan, Dorokdokcu ternyata semakin berkembang sejak Ucu menggandeng temannya yang berpengalaman soal bisnis, Lutfi Azhar.
Beragam inovasi, mulai dari varian rasa, promosi, dan sebagainya mereka lakukan. Kerja keras ini membuahkan hasil. Dorokdokcu melebarkan sayap dengan membuka distributor di 25 kota di Indonesia.
“Kalau reseller di Bandung sudah ada 200 lebih. Kalau distributor sudah ada di 25 kota di Indonesia. Di Sumatera buka (ada) di Lampung dan Palembang. Di Kalimantan ada di Banjarmasin. Bandung sendiri sudah ada lima lima distributor. Dalam waktu dekat, Dorokdokcu akan membuka cabang di Balikpapan, Samarinda, Pontianak, dan Palangkaraya,” ujar Lutfi yang gemar bermain game ini.
Sementara itu, untuk Pulau Jawa, Dorokdokcu sendiri sudah tersebar di Jabodetabek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Gresik, Pasuruan, hingga Sidoarjo.
Untuk melancarkan bisnis Dorodokcu, Ucu memilih layanan GrabExpress sebagai mitra pengiriman produk usahanya.
Dalam sehari, 30-50 atau sekitar 80 persen pengiriman dorodok miliknya menggunakan layanan besutan Grab tersebut. Ucu mengaku layanan GrabExpress cepat, mudah dan aman.
“Kita tinggal masukin titik penjemputan dan titik yang dituju, terus mitra kurirnya datangnya cepat, pokoknya membantu banget untuk bisnis. Saya juga paling suka dengan fitur pelacakan langsung dan bukti pengiriman. Jadi saya tinggal kirim tautan pengiriman ke pelanggan dan kita bisa sama-sama tahu kurir sudah ada dimana. Saat pengambilan dan pengantaran barang, kurir juga akan ambil foto barang dan akan dikirimkan kepada kami setelah pengiriman selesai. Jadi lebih aman pastinya,” tutur Ucu.
Selain itu, ada juga fitur pengiriman langsung ke tiga titik antar. “Jadi saya tidak usah pesan berkali-kali. Cukup satu kali pesan, mitra kurir bisa kirim ke tiga alamat berbeda. Hemat waktu banget!” tambahnya.
Dari situ, kesuksesan bisnis Ucu dan Lutfi semakin menjadi. Apalagi, sejak Dorodokcu mengeluarkan varian rasa jeruk pedas, pedas gurih, original, asin gurih, jagung bakar, pedas cikur, dan barbeque. Penjualan bisa mencapai 33.000 sampai 50.000 bungkus dalam sebulan.
“Pokoknya omzet kami, yang dulu enggak terbeli mobil, sekarang bisa beli mobil,” aku Lutfi.
Tak hanya materi, ada hal lain yang membuat Ucu dan Lutfi bersyukur dan bahagia atas pencapaian bisnis Dorodokcu, yakni bisa bersilaturahmi.
“Dorokdokcu istilahnya menyatukan dunia. Dorokdokcu membuat kami senang karena dari sini kami bertemu teman-teman lama. Ketemu teman SMA, SMP, SD, yang jadi reseller. Terakhir ketemu mungkin 10 tahun yang lalu, tapi dengan dorokdok ini jadi ketemu lagi,” ungkap Lutfi.
Hal itu wajar, sebab pemasaran Dorokdokcu sendiri memang fokus di media online sehingga koneksinya lebih luas.
Tak hanya bersilaturahmi, hadirnya Dorodokcu juga memberikan manfaat, yaitu membantu sesama.
Banyaknya pengemudi Grab yang penasaran karena sering jemput dan kirim barang dari Dorokdokcu membuat mereka akhirnya memutuskan menjadi reseller.
“Banyak mitra pengemudi bilang, ‘alhamdulillah banget setelah jualan ini jadi ngebantu. Istri yang tadinya di rumah enggak ada kerjaan jadi bisa jualan, ada kerjaan’,” kata Ucu menirukan.
Malahan, lanjut Ucu, hal paling mengharukan adalah saat orang yang tidak ia kenal datang dan menawarkan diri menjadi reseller.
“Setelah bergabung, mereka bilang, ‘Makasih ya, karena jualan dorokdok, rezekinya jadi bla bla bla, nambah tabungan (untuk) anak, terus mereka mendoakan kami, semoga rezekinya tambah terus ya, sudah membuka jalan rezeki untuk banyak orang’,” tutur Ucu.
Semua respons tersebut membuat Ucu sadar bahwa bisnis bukan sekadar mengejar materi, tapi bisa bermanfaat untuk orang lain. Tentunya, ini menjadi kebahagiaan tersendiri.
“Itu yang membuat senang dan tenang. Apalagi ketika mendapatkan doa dari mereka,” tutur Ucu.
Tidak hanya di perkotaan, di kampung tempat dorokdok dibuat, Dorokdokcu pun berdampak positif terhadap ekonomi warga setempat.
“Yang tadinya hanya beberapa karyawan, produksinya bertambah, pengiriman luar kota bertambah, otomatis banyak pekerja yang baru. Alhamdulillah, bukan kami yang hebat, Allah yang memudahkan semuanya. Saat kami main ke pabrik, kalau kami datang, karyawan-karyawan yang mayoritas ibu-ibu begitu antusiasnya dan berterima kasih. Itu yang bagi kami adalah nilai dari usaha ini,” ucap Ucu.
Ke depan, Ucu berencana mengembangkan usahanya jadi go internasional dan membangun rumah Tahfiz Alquran.
Ucu dan Lutfi adalah satu dari lima juta wirausahawan mikro yang mampu mengembangkan usahanya setelah tergabung dalam platform Grab di Indonesia. Misi GrabForGood terus berusaha membawa dampak positif teknologi untuk Indonesia.
Berkat kerja keras dan pencapaian tersebut, Dorodokcu diundang untuk ikut ambil bagian dalam peluncuran kampanye #BanggaBuatanIndonesia yang diinisiasi oleh Presiden Joko Widodo.