KOMPAS.com – Guna menjamin keamanan para mitra pengemudi sekaligus pelanggan di masa new normal ini, Grab meluncurkan program GrabBike Protect sebagai perlindungan tambahan bagi keduanya.
Langkah tersebut diambil untuk mengoptimalkan protokol kesehatan yang telah Grab lakukan sebelumnya. Sebut saja penggunaan masker, penyediaan hand sanitizer, dan penerapan physical distancing sebagai upaya mencegah penularan virus Covid-19.
Adapun salah satu implementasi dari dari program GrabBike Protect adalah melengkapi armada mitra pengemudi dengan sebuah partisi plastik. Tujuannya, untuk mencegah penularan virus lewat paparan droplets atau kontak fisik.
Director of 2-Wheels & Logistics Grab Indonesia Tyas Widyastuti mengatakan, keamanan selalu menjadi fokus utama Grab.
Baca juga: GrabBike Protect, Upaya Grab Menjamin Keamanan Ngojek di Era New Normal
“Karena itu, melalui program seperti GrabProtect, kami telah meningkatkan standar kebersihan di industri ride-hailing. Bersama dengan mitra pengemudi, kami akan mendorong perilaku bersih yang lebih baik sebelum perjalanan dimulai," ujarnya lewat keterang tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (10/6/2020).
Budiyono merupakan salah satu mitra GrabBike di Kota Semarang yang telah menjajal GrabBike Protect. Ia mengaku lebih merasa aman dengan adanya alat pelindung diri tersebut.
“Namun, alat itu bukanlah satu-satunya yang menjaga saya di jalanan. Saya juga diberikan masker, sarung tangan, hand sanitizer, disinfektan, jas hujan, serta penutup sepatu jika harus masuk ke dalam rumah sakit,” kata Budiyono.
Sebagai informasi, guna membantu percepatan penanganan wabah Covid-19 di Kota Semarang, Grab menunjuk puluhan mitra pengemudi untuk menjadi relawan. Salah satunya, Budiyono.
Baca juga: Grab Berlakukan Protokol Kesehatan Baru Cegah Corona, Ini Bentuknya...
Selain mengantar para petugas medis dari dan ke rumah sakit (RS), Budiyono juga mengantarkan kebutuhan pangan untuk mereka.
“Dalam sehari, bisa ada 1.500 boks makan yang diantar untuk tenaga medis. Saya biasanya bertugas mengantar ke RS Ketileng dan RS Dr. Kariadi,” ungkap Budiyono.
Usai menyelesaikan tugas tersebut, barulah Budiyono bersiap untuk menerima order lain dari aplikasi. Salah satunya, antar jemput penumpang.
Berbeda dengan kota lain di Indonesia yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Kota Semarang lebih memilih pembatasan kegiatan masyarakat (PKM).
Baca juga: Pemkot Semarang Perpanjang PKM, Tempat Ibadah dan Olahraga Mulai Dibuka
Itu artinya, transportasi macam ojek online (ojol) masih diperbolehkan beroperasi. Namun, dengan protokol kesehatan ketat.
Budiyono mengaku pemasukannya jadi menurun sejak virus yang menyerang sistem pernafasan tersebut mewabah di Indonesia dan memicu diberlakukannya sejumlah pembatasan.
“Bisa dibilang, saya tidak bisa ‘ngalong’ lagi dan harus menaati peraturan pemerintah. Tengah malam sudah waktunya untuk pulang. Namun, saya bersyukur tetap bisa melayani dan mencari rezeki,” katanya.
Padahal, pria yang juga berprofesi sebagai pegawai kantoran ini, dulunya bisa ngalong – istilah untuk mencari penumpang – selama 12 jam, yakni mulai dari jam lima sore hingga pukul lima pagi.
Baca juga: Grab Berlakukan Protokol Kesehatan Baru Cegah Corona, Ini Bentuknya...
Orderan yang masuk pada waktu itu terbilang banyak, sehingga Budiyono bisa memenuhi target pribadi tiap harinya. Malah tak jarang, melebihi target.
“Saya mulai di wilayah pusat kota sampai tengah malam, lalu melipir ke stasiun pada tengah malam karena mengejar penumpang dari datangnya kereta di Semarang pada dini hari,” terangnya.
Kini, waktu 24 jam dalam sehari sebisa mungkin Budiyono manfaatkan dengan baik. Bekerja sekerasnya, beristirahat secukupnya di antara waktu lengang. Semua ini ia lakukan semata-mata demi mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Sementara itu, sebagai perusahaan teknologi transportasi, Grab akan selalu melakukan upaya terbaik untuk meningkatkan keamanan dan kebersihan layanannya. Dengan begitu, masyarakat bisa terus beraktivitas di tengah pandemi.
Baca juga: Pengguna dan Pengemudi Grab Boleh Batalkan Pesanan Jika Ada yang Tak Pakai Masker
Selain itu, memasang partisi pada armada mitra pengemudi, Grab juga telah meluncurkan program mask selfie yang memungkinkan penumpang atau pengemudi untuk membatalkan pesanan perjalanan apabila persyaratan masker tidak dipenuhi.