KOMPAS.com - Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics merilis hasil riset terbarunya mengenai gig economy yang didukung oleh Teknologi Grab.
Kali ini, studi CSIS dilakukan di Kota Denpasar, Provinsi Bali pada bulan Januari 2020. Riset ini menemukan bahwa gig economy yang didukung oleh teknologi Grab telah memberi dampak bagi ketahanan ekonomi Bali hingga Rp 889 miliar.
“Saat Bali mulai beradaptasi untuk menyambut era new normal, kami percaya bahwa platform seperti Grab dan sektor gig economy dapat mendukung Indonesia dalam perjalanannya menuju pemulihan ekonomi,” ungkap Senior Economist, Tenggara Strategics Lionel Priyadi dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (4/8/2020).
Dalam penelitian tersebut, mitra dan agen Grab yang disurvei mengatakan bahwa Grab menawarkan peluang ekonomi lebih baik bagi pekerja informal.
Selain itu, Grab juga membantu meningkatkan pertumbuhan bisnis kecil dan menciptakan lapangan pekerjaan di luar platform Grab.
Mitra merchant GrabFood dan agen GrabKios Denpasar yang disurvei merasakan pendapatan mereka meningkat hingga 35 persen atau sekitar Rp 48,6 juta per bulan. Sementara itu, rata-rata pendapatan agen Denpasar meningkat 13 persen menjadi Rp12,8 juta per bulan sejak bergabung.
Sebanyak 69 persen mitra merchant GrabFood Denpasar juga mengaku tidak perlu penambahan modal untuk meningkatkan bisnisnya.
Baca juga: Manfaatkan Teknologi, Gig Worker Sumbang Rp 872 Miliar untuk Perekonomian Semarang
Peningkatan penghasilan yang sangat signifikan pun dirasakan oleh mitra pengemudi GrabCar dan GrabBike. Berdasarkan riset, setelah bergabung dengan Grab mereka mengalami peningkatan pendapatan hingga 112 persen menjadi Rp11,4 juta per bulan dan 107 persen menjadi Rp 5 juta per bulan.
Hasil peningkatan tersebut membuat para mitra bisa menabung serta membuka akses keuangan lain, seperti produk investasi dan pinjaman.
Hasil riset tersebut menemukan, sebanyak 9 persen mitra pengemudi GrabCar dan 32 persen mitra pengemudi GrabBike di kota Denpasar baru membuka rekening tabungan pertama mereka ketika bergabung dengan Grab.
Meski begitu, kesempatan pemasukan yang ditawarkan Grab telah memungkinkan lebih banyak mitra untuk menabung secara rutin. Bahkan, 84 persen mitra pengemudi GrabBike dan 81 persen mitra pengemudi GrabCar sekarang rutin menabung di bank dengan rata-rata tabungan Rp 1 – Rp 1,6 juta.
Baca juga: Hadirkan Program #TerusUsaha di Jawa Tengah, Grab Sasar Pedagang di 55 Pasar Tradisional
Dalam hal kemudahan akses pinjaman, sebanyak 63 persen mitra pengemudi GrabBike dan 85 persen mitra pengemudi GrabCar mengatakan, mereka bisa lebih mudah meminjam uang setelah bergabung dengan Grab karena penyedia jasa keuangan lebih memercayai mereka.
Adapun pinjaman tersebut dapat digunakan oleh mitra Grab untuk mengembangkan bisnis atau berinvestasi pada motor atau mobil baru.
Kehadiran GrabFood di Denpasar pun mampu menginspirasi 9 persen masyarakat untuk memulai bisnis di bidang kuliner. Bahkan, sebanyak 17 persen mitra merchant memanfaatkan GrabFood saat pertama kali memulai bisnisnya.
Seiring dengan tumbuhnya bisnis mitra merchant GrabFood dan agen GrabKios tersebut, mereka juga menyerap dapat tenaga kerja dari komunitasnya.
Lainnya, sekitar 23 persen mitra merchant GrabFood dan 4 persen agen GrabKios di Kota Denpasar rata-rata menambah 2 pegawai baru sejak bergabung dengan Grab.
Melalui riset tersebut, dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata kualitas hidup para mitra Grab sebesar 17 persen dibandingkan sebelum mereka bergabung dengan Grab.
“Kesiapan secara digital akan menjadi lebih penting dalam era new normal. Pada akhirnya, meskipun masih ada banyak ketidakpastian ekonomi di waktu yang akan datang, kami percaya gig economy akan memainkan peran penting dalam membantu mempertahankan mata pencaharian,” papar Lionel.